12 Januari 2009 09:27:15
Kapolda: Jika Tak Kembalikan Senjata, Akan Ada Langkah Lain
PUNCAK JAYA-Aksi sekelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Tingginambut ini, Kabupaten Upuncak Jaya, Provinsi Papua, dengan membawa lari 4 pucuk senjata serta melukai seorang istri polisi, langsung disikapi Polda Papua.
Terkait aksi penyerangan itu, Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Ekondanto
langsung ke terbang ke Puncak Jaya selanjutnya ke Tingginambut guna melakukan penyelidikan.
Dalam kunjungannya Kabupaten Puncak Jaya, Kapolda langsung dengan membawa tim. Antara lain, Direskrim Polda Papua, Kombes Pol Drs Paulus Waterpauw, Kasat Brimob, Kombes Pol. Drs. Wirawibawa, Danprovost, AKBP Suparno, Kasat Intel 4 Polda Papua, AKBP Baron Hadi Darmawan dan Kapolres Puncak Jaya, AKBP Chris Rihulay, SSt.Mk. Rombongan Kapolda tiba di ruangan VIP bandara Mulia pukul 10.00 Wit dan disambut Bupati Lukas Enembe, SIP bersama muspida, perwira TNI dan tokoh-tokoh lainnya.
Setelah itu, rombongan Kapolda bersama Bupati langsung menuju Pos Polisi Tingginambut guna meninjau Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan menggunakan kendaraan mobil L200.
Dari pantauan Cenderawasih Pos di TKP, tampak kesibukan tim Reskrim Polda Papua melakukan olah TKP dibantu Reskrim Polres Puncak Jaya. Usai beberapa jam Kapolda mendapat keterangan dari 2 orang anggota pos polisi yang bertugas, Briptu Felix dan Bripda Bob Simamora ditambah melihat beberapa lokasi yang rusak akibat pelaku saat mengambil 4 senjata dari dalam kamar.
Selanjutnya, Kapolda, Bupati dan rombongan bertemu dengan tokoh agama, adat, pemuda, kepala kampung, kepala suku dan masyarakat di depan Kantor Distrik Tingginambut.
Dalam arahannya, Kapolda Papua menghimbau kepada masyarakat agar bisa membantu pihak keamanan, baik Polisi maupun TNI dalam upaya mengembalikan senjata yang telah diambil OPM. Dikatakan, pihaknya akan berupaya menjalin kerjasama dengan para tokoh maupun masyarakat yang apabila ada melihat orang membawa senjata tersebut agar bisa dikembalikan.
"Kita akan melakukan pendekatan dengan cara damai dan akan kita serahkan kepada tokoh agama, adat, pemuda dan masyarakat untuk bisa mengatasinya sampai dengan waktu 3 minggu ke depan kita tunggu,"katanya.
Setelah batas waktu (deadline) 3 minggu, jelas Kapolda, akan ada langkah lain. Namun demikian langkah pertama sudah dilakukan, yaitu menyelamatkan korban. Pihaknya juga akan dibantu TNI dalam menghimbau masyarakat agar senjata tersebut secepatnya dikembalikan.
Ditanya apakah ada penambahan personel sementara di pos polisi Tingginambut, Kapolda mengungkapkan, pihaknya sudah menempatkan anggota Brimob dan juga meminta bantuan kepada TNI yang ada di sana.
Kapolda menjelaskan, pihaknya saat ini akan menghimbau dahulu, karena sudah pasti senjata itu tidak akan jauh dan masih berada di sekitar TKP. Pihaknya akan berusaha menunggu hingga 3 minggu ke depan dan masyarakat nantinya yang akan membantu dalam pencariannya.
"Saat ini saya tidak akan menambah anggota dari luar, karena disini ada Brimob dan TNI. Jadi saya kira sudah cukup. Dalam arti tidak mendatangkan pasukan tambahan,"jelasnya.
Namun ke depan, tambah Kapolda, pihaknya akan menambah anggota untuk ditempatkan di pos polisi Tingginambut. Bahkan sesuai rencana, pos polisi ini akan diperbaiki dan tidak menjadi pos polisi laagi, tapi ditingkatkan menjadi polsek Tingginambut.
Untuk pos polisi lain dalam mengantisipasi kejadian ini, pihaknya melihat akan kebutuhan aktifitas masyarakat bahwa itu sudah harus polsek atau masih pos polisi. "Saya rasa untuk pos polisi Tingginambut sudah seharusnya menjadi polsek, karena kebutuhan akan aktifitas masyarakat sangat mendukung, kemudian memang sesuai rencana saya sudah harus menjadi polsek,"ujarnya.
Disinggung soal apakah kejadian ini terjadi karena terlalu bebasnya masyarakat masuk ke dalam pos polisi Tingginambut, Kapolda menambahkan, sebenarnya memang tidak ada jarak dengan masyarakat. Dalam arti, Polri dan TNI tidak membatasi diri dengan masyarakat.
Hanya masalahnya sekarang bahwa ada oknum yang seharusnya tidak terjadi dan karena kepentingan kelompok tertentu telah memanfaatkan dari pada hubungan masyarakat yang sudah terjalin selama ini dengan polisi. Misalnya, apa yang dimiliki di pos polisi, baik televisi dan radio yang bisa digunakan maka masyarakat juga bisa menggunakannya.
Terkait penggalangan yang telah dilakukan selama ini, pihaknya akan tetap
melanjutkan upaya itu, kepada mereka, khususnya kelompok ini untuk turun bersama-sama membangun daerahnya dan kembali ke NKRI. "Karena kita sudah membangun lebih maju, namun kalau mereka masih mengelompokkan sendiri bahwa ingin melepaskan diri dari NKRI, maka itu sesuatu hal yang mustahil,"katanya.
Sementara itu, Bupati Lukas Enembe, S.IP mengungkapkan, kebiasaan masyarakat di daerah ini sudah dari nenek moyang terjadi konflik dan setelah pemerintah dan injil masuk, kemudian lebih khusus kepada injil masuk penyebaran injil ini bisa dilaksanakan, tapi setelah pemerintah masuk juga sudah banyak terjadi konflik secara adat.
Kebiasaan masyarakat di sini bahwa setiap anak lahir adalah untuk peperangan dan bukan untuk membuat kebun. Setiap anak lahir sudah harus mempersiapkan diri untuk berperang dan itu sudah dari dulu turun temurun, makanya hampir semua sekolah dibakar karena tidak setuju sekolah berdiri.
Upaya pertama dilakukan pemerintah adalah mensekolahkan anak-anak dari Tingginambut agar setelah kembali ke daerah mereka dapat menerima pembangunan, kemudian dilakukan pendekatan keluarga. Memang pihaknya sudah sepakat dengan seluruh komponen yang ada disini supaya bagaimana caranya senjata yang dirampas bisa harus kembali dalam waktu singkat.
"Kalau memang kami tidak mampu mengembalikan dengan cara itu, maka kami akan mengembalikan kepada pihak TNI/Polri untuk melakukan sesuai kewenangan mereka karena memang kita tidak mampu mengembalikannya,"tandasnya.
Besuk Korban///
Sementara itu, Ivana Helan (21), istri Bripda Yan Pieter Ayer (bukan Peter Aer) , salah seorang anggota Pos Pol Tingginambut, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, yang terluka tusukan akibat penyerangan kelompok bersenjata alias OPM, kondisinya mulai membaik.
Cenderawasih Pos sempat menjenguk korban saat dirawat di Ruang Bedah Wanita RSUD Dok II Jayapura, Sabtu (10/1) akhir pekan kemarin.
Korban terlihat ditunggui suaminya dan 2 orang temannya, masih terlihat ada selang infus di tangannya serta luka perban di dekat pergelangan tangan kanan. Begitu juga luka tembus dari punggung hingga dada kiri masih terlihat.
"Sudah baikan, hanya masih sesak," kata Ivana yang dibenarkan suaminya. Hanya saja, Ivana belum bisa diwawancarai.
Sementara itu, suami korban, Bripda Yan Pieter Ayer juga membenarkan istrinya tersebut kondisinya sudah mulai membaik daripada sehari sebelumnya.
"Ada luka tusukan yang diperkirakan tulang kasuari dari punggung hingga tempus dada sebelah kiri dan luka tusuk pisau tembus di tangan kanan," ungkap Yan Pieter.
Yan Pieter sempat menceritakan kronologis kejadiannya. Dkatakan, peristiwa itu yang terjadi sekitar pukul 20.00 wit lalu, dimana saat dirinya bersama seorang temannya sedang berada di dapur makan malam.
Menurutnya, saat itu, di Pos Pol hanya ada 2 anggota polisi bersama korban serta istri Kapos Pol yang keduanya sedang berada di kamarnya masing-masing, sementara masyarakat sedang nonton televisi.
Namun, tiba-tiba sekelompok orang yang diduga kelompok bersenjata langsung masuk ke Pos Pol dengan mendobrak pintu depan yang terkunci dan tiba-tiba sudah masuk ke dalam. Kondisi itu membuat masyarakat yang nonton televisi langsung lari berhamburan ke belakang pos pol.
Saat itu, ia bersama temannya berusaha untuk ke depan, namun saat membuka pintu dapur sudah dihadang pelaku dengan parang dan kapak, sehingga lari ke belakang pos pol.
Ia tidak bisa berbuat banyak, setelah suasana tenang dan pelaku sudah pergi membawa lari 4 pucuk senjata, dimana 3 senjata api disimpan di kamar depan dan 1 senpi ada di kamarnya, dan sempat ia mendengar suara rentetan tembakan, Yan Pieter baru kembali ke Pos Pol.
"Saya langsung lihat istri saya di kamar sudah berdarah-darah. Dia langsung cabut sendiri sajam yang menancap di punggungnya dan pisau di tangan dicabut warga," katanya.
Menurut istrinya, saat itu ada 5 orang yang masuk ke kamar dan istrinya sempat dipukul kepalanya dua kali dan ditikam dari belakang.
Setelah itu, ia membawa istrinya lari kehutan hampir 3 jam lebih untuk mengamankan diri, sekitar pukul 21.00 wit. Kemudian sekitar pukul 23.00 wit, Yan Pieter membawa istrinya ke mess guru untuk minta bantuan dan pagi harinya dibawa ke RSUD Puncak Jaya dan kemudian dievakuasi ke Jayapura.(nal/bat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar