WELCOME TO WEB FGPBP

Mungkin anda berfikir, akulah manusia yang paling tidak beruntung dan bodoh, karena kecintaan ku terhadap negeri ku lebih besar dari yang kau dapat dari ku...tapi satu hal yang kau tahu, bahwa aku berjalan bersama suatu kebenaran yang dunia telah menolaknya...sebab yang ku tahu...kebenar itu akan memerdekakan aku.

31 Okt 2008

McCain Akui Ketinggalan

umat, 31 Oktober 2008 | 07:24 WIB

Oleh Simon Saragih

JOHNSON CITY,KAMIS-
Calon presiden dari Republik, John McCain, mengakui keadaan kurang menguntungkan. Dia juga mengakui posisi yang ketinggalan dari calon presiden Demokrat, Barak Obama. Namun, McCain mengatakan tak khawatir.

Di Negara Bagian Tennessee, yang secara tradisional pendukung Republik, juga terjadi kebimbangan dari para pendukung Republik. ”Saya malah akan heran jika Obama tidak menang,” kata Prof Dr Jackson Mooney dari East Tennessee State University di Johnson City, Tennessee, Rabu (29/10).

”Secara tradisional, Tennessee adalah negara bagian pendukung Republik. Namun, perubahan pandangan mulai terjadi karena tampaknya ada calon lain yang menawarkan hal baru dan lebih baik,” kata Mooney.

Sebagai negara bagian yang tergolong konservatif, tidak sedikit yang risau dengan tampilnya Obama. Dengan warna kulit hitam Obama dan persepsi bahwa kulit hitam adalah keturunan budak, ada yang risi jika Obama menjadi presiden.

”Dan, kemungkinan mereka tidak akan memilih, tetapi saya kira hal itu tidak akan banyak mengubah arah siapa pemenang,” kata Mooney.

Untuk meraih dukungan pada hari-hari terakhir, McCain dan Sarah Palin terus berusaha mencari kesalahan dan memojokkan Obama, yang berkampanye bersama mantan Presiden Bill Clinton di Kissimmee, Florida, Rabu.

Kampanye Obama dilanjutkan dengan kampanye di Virginia dan Missouri. Pada hari Rabu, McCain berkampanye di Ohio dan Florida, sementara Sarah Palin berkampanye di Jeffersonville, Indiana. Hampir semua negara bagian itu tergolong sangat menentukan dalam perolehan suara untuk menjadi presiden.

Isu Palestina

Isu baru yang diajukan McCain dan Sarah Palin adalah kaitan antara Obama dan Profesor Rashid Khalidi dari University of Chicago, Illinois.

Khalidi disebut sebagai mantan juru bicara almarhum Pemimpin Palestina Yasser Arafat. Pada 2003, di sebuah pesta, terjadi pembicaraan di antara beberapa orang yang membahas pendudukan Israel di Palestina.

Pada sebuah pesta, Khalidi mengecam Israel karena menduduki Palestina. Obama memberi argumentasi bahwa Israel tidak punya hak menduduki Palestina. Meski demikian, Obama juga menegaskan Israel punya hak memiliki wilayah sebagai sebuah negara dan keamanan Israel tidak akan dikompromikan.

McCain dan Palin menuntut harian Los Angeles Times untuk membeberkan video berisi percakapan Obama dan Khalidi, yang juga dihadiri Bill Ayers, juga profesor dari University of Chicago. Ayers adalah seorang tokoh yang dikaitkan dengan terorisme.

Namun, televisi CNN memberitakan, Khalidi bukanlah kubu politik Obama dan hanya sekadar mantan tetangga. Khalidi sendiri juga membantah bahwa dia juru bicara Arafat.

McCain dan Palin mencoba mengungkit fobia Islam, yang tampaknya dikritik habis para pengkritik, bahkan oleh para ahli strategi Republik.

”Taktik-taktik kampanye seperti ini tidak akan berhasil dan harus diakhiri,” kata Ed Rollins, ahli strategi Republik, yang bekerja untuk almarhum mantan Presiden Ronald Reagan dan jadi pengatur kampanye Mike Huckabee pada pemilu pendahuluan calon presiden AS tahun 2008.

Perkembangan terbaru, Obama tetap unggul. Berdasarkan jajak pendapat Gallup, Obama unggul 51 persen berbanding 44 persen terhadap McCain. Rabu malam, Obama juga menayangkan iklan gencar yang mengkritik Gedung Putih, yang dalam delapan tahun terakhir tidak memenuhi janjinya dalam memperbaiki keadaan negara.

Pamor Obama terus menguat, juga karena tampilnya Bill Clinton saat berkampanye di Florida. Clinton mengatakan, ”Kita tidak bisa membohongi diri dan kita memerlukan seorang presiden yang akan membawa perubahan.”

”Dia akan menjadi presiden,” kata Clinton soal Obama. Obama memuji dan mengenang keberhasilan Clinton saat jadi presiden dan mengatakan era seperti itu akan terulang di bawah Obama.

Pakar Astrologi : Obama Menang Tapi Nyawa Terancam

Kamis, 30 Oktober 2008 | 17:16 WIB

MUMBAI,KAMIS-Para peramal bintang (pakar astrologi) di India melihat Barack Obama dari Partai Demokrat akan menang di Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 4 November mendatang. Sementara itu, satu peramal mengingatkan adanya kemungkinan bahwa nyawa Obama akan terancam di masa mendatang.

"Obama 100 persen adalah Leo sejati dan Leo tidak hanya terlahir sebagai pemimpin tapi juga mereka memiliki kharisma khusus," kata peramal bintang terkenal India, Bejan Daruwalla kepada AFP, Kamis (30/10).

"John McCain (kandidat presiden dari Partai Republik) punya poin-poin bagus, tapi dia tidak tampak di gambar. Dia jauh sekali. Bayangannya tertutup oleh si Leo. Di masanya, dia (McCain, red) memang bagus, tapi saat ini bukan masa yang baik baginya."

Peramal lainnya asal Mumbai Raj Kumar Sharma juga meramalkan bahwa Obama jelas akan menang pada pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada 4 November. Penglihatan Sharma itu seirama dengan hasil jajak pendapat terbaru yang menunjukkan bahwa Obama sang senator asal Illinois itu memang digambarkan berada jauh mengungguli McCain.

"Keadaan dan hubungan bintang-bintang sangat jelas menunjukkan bahwa John McCain akan kalah dalam pemilihan ini dan Barack Obama akan menang, setidaknya 10 persen," katanya. Namun Sharma mengatakan dirinya merasa khawatir dengan matahari yang bergerak mendekati peta diri Obama dari bulan April 2010 sampai Januari 2011.

"Bulan dari tanggal 5 April, 2010 sampai 16 Mei, 2010 sangat berbahaya bagi dia (Obama). Saya berdoa dengan sungguh-sungguh bahwa semuanya akan baik-baik saja," katanya. Ketika diminta untuk menjelaskan lebih lanjut, Sharma mengatakan, "Saya melihat bahaya akan datang mengancam nyawanya sejak 5 April 2010. Saya melihat 25 persen kemungkinan dia bisa bertahan. Jadi, dia harus sangat hati-hati terhadap keamanan dirinya, orang-orang yang bekerja untuknya."

Kemenangan Obama Bagus bagi Indonesia?

Jumat, 31 Oktober 2008 | 10:02 WIB
Oleh Bara Hasibuan

Pemilihan Presiden Amerika Serikat kali ini dinantikan dengan antusiasme tinggi oleh banyak kalangan di Indonesia. Antusiasme itu sangat beralasan. Belum pernah terjadi sebelumnya seseorang yang memiliki hubungan historis yang begitu kuat dengan Indonesia menjadi kandidat salah satu partai dan bahkan mempunyai kans yang sangat besar untuk menang.

Banyak kalangan di Indonesia juga menyimpulkan bahwa jika Barack Obama benar-benar terpilih menjadi Presiden AS, secara otomatis hubungan bilateral Indonesia dan AS akan berubah secara dramatis, dalam arti lebih dekat dan menguntungkan Indonesia.

Namun, betulkan begitu? Apakah hanya karena Obama pernah tinggal di Indonesia selama beberapa tahun semasa kecilnya, maka sebagai presiden, ia akan memberikan perhatian ekstra terhadap Indonesia? Satu hal yang pasti, kebijakan luar negeri bukan ditentukan oleh romantisme, melainkan prioritas dan kepentingan strategis.

Masalahnya kita tidak bisa menduga sampai seberapa strategis Indonesia bagi Obama karena Indonesia sebagai isu tidak pernah sekali pun disinggung selama masa kampanye, baik itu di dalam debat maupun pidato. Di dalam sebuah pidato kebijakan luar negeri yang paling komprehensif yang disampaikan Obama tahun lalu di Chicago, Indonesia hanya disinggung satu kali dan itu pun bukan di dalam konteks kepentingan strategis AS.

Rencana kebijakan luar negeri Obama, seperti yang tercantum di dalam situs web kampanyenya, hanya menyatakan bahwa ia akan seek new partnerships in Asia (mencari kerja sama-kerja sama baru di Asia) tanpa menyebutkan secara spesifik negara-negara mana saja di Asia yang akan diberikan prioritas baru.

Satu-satunya referensi serius yang Obama pernah kemukakan mengenai Indonesia adalah dalam konteks masa kecilnya yang ia pernah habiskan di negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Hal itu memberikannya perspektif yang paling unik dibandingkan dengan kandidat-kandidat lainnya untuk menghadapi salah satu tantangan utama yang akan dihadapi oleh Presiden AS nantinya, yaitu memperbaiki citra AS di dunia Muslim.

Kalau proses kampanye tidak dapat dijadikan ukuran bagaimana seorang kandidat memandang satu isu tertentu, cara lain yang bisa dilakukan adalah melihat rekor kandidat tersebut selama karier politiknya, yang dalam konteks Obama adalah posisinya sebagai senator. Sayangnya, itu juga tidak mudah untuk menyimpulkan nilai strategis Obama bagi Indonesia.

Tidak banyak orang di Indonesia—atau bahkan di AS—yang sadar bahwa Obama sebetulnya duduk di Subkomisi Asia Timur dan Pasifik di Komisi Hubungan Internasional Senat, subkomisi yang mengover isu-isu Indonesia. (Di Kongres AS setiap komisi dibagi lagi menjadi subkomisi berdasarkan isu-isu spesifik dan setiap senator/anggota kongres duduk di lebih dari satu komisi). Namun, walaupun begitu, Obama selama ini tidak dikenal sebagai senator yang mengangkat isu Indonesia.

Betul, walaupun kalau berbicara soal prioritas atas Asia di Kongres AS, isu Indonesia kalah dibandingkan dengan China, Korea Utara, Afganistan, India, dan Jepang. Ada beberapa senator dan congressmen (anggota House of Representatives-DPR) yang dikenal sering mengangkat isu Indonesia, apakah itu dalam arti kritis ataupun supportive. Sebut saja Senator Kit Bond, Senator Patrick Leahy, congressman Eni Faleomavaega dan congressman Robert Wexler.

Tidak jelas kenapa Obama tidak pernah menggunakan keanggotannya di SubKomisi Asia Pasifik untuk mengangkat isu-isu Indonesia. Dengan ikatan historis sebesar itu, Obama seharusnya bisa memosisikan dirinya sebagai sekutu Indonesia di Kongres. Satu hal yang mungkin, dari awal kariernya sebagai Senator—yang ia mulai Januari 2005—Obama sudah mulai memikirkan kemungkinan untuk maju sebagai calon presiden pada pemilihan tahun 2008 sehingga ia tidak ingin terlalu diasosiasikan dengan Indonesia. Atau, yang lebih mungkin, bagi Obama, Indonesia tidak memiliki nilai strategis dibandingkan dengan prioritas kebijakan luar negeri lainnya.

Memang dapat dipastikan siapa pun yang memerintah AS nantinya—Obama sekalipun— prioritas kebijakan luar negeri AS pada umumnya tidak akan berubah. AS tetap akan terkonsumsi pada isu-isu yang selama ini menyedot perhatian pemerintahan Bush, seperti situasi di Irak, masalah program nuklir Iran, penyelesaian konflik Israel-Palestina, terorisme global, isu keamanan energi, serta makin agresifnya Rusia sebagai kekuatan ekonomi dan militer.

Secara gaya dan pendekatan betul akan terdapat perbedaan fundamental kalau Obama yang menang, di mana prinsip multilateral lebih ditekankan. Namun, secara prioritas tidak akan ada perubahan dramatis.

Secara spesifik mengenai Asia, kebijakan luar negeri AS nantinya akan tetap pula didominasi isu- isu klasik, seperti berkembangnya China sebagai sebuah kekuatan ekonomi dan militer, penyelesaian isu program nuklir Korea Utara, instabilitas di Pakistan dan Afganistan, serta berkembangnya India sebagai kekuatan ekonomi. AS juga tetap akan mempertahankan hubungan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di Asia Pasifik, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Kongres

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah Kongres, institusi yang juga memiliki otoritas dan peran penting di dalam menentukan arah kebijakan luar negeri AS melalui apa yang sering disebut sebagai power of the purse (kekuatan dompet) atau diartikan dengan kekuatan melalui fungsi budgetingnya. Sering sekali Kongres mengeblok suatu alokasi dana atas program atau bantuan untuk negara tertentu, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu atas program IMET untuk Indonesia. Dalam memberikan persetujuan terhadap alokasi dana, Kongres juga selalu mencantumkan kondisi-kondisi yang menyebabkan ruang gerak pihak eksekutif di dalam memainkan politik luar negeri sering terbatas.

Setelah pemilihan tahun 2008 nanti. hampir pasti Kongres tetap akan dikuasai oleh Partai Demokrat (bahkan dengan jumlah kursi yang lebih banyak). Itu berarti isu-isu seperti hak asasi manusia, peran militer dan buruh, yang selama ini sering mengganjal hubungan bilateral AS dan Indonesia, mungkin akan tetap muncul.

Betul salah satu yang membuat rakyat AS tertarik dengan Obama adalah bahwa, sebagai presiden, ia akan mempunyai kemampuan untuk memobilisasi dukungan dari Kongres, tidak hanya dari anggota-anggota Partai Demokrat, tetapi juga Partai Republik. (Satu hal yang membuat rakyat Amerika muak dengan para politisi di Washington adalah dominannya semangat partisan sempit di proses politik sehingga sering terjadi gridlock atau kemacetan). Namun, belum bisa dipastikan apakah sebagai presiden, Obama akan mampu untuk mengubah posisi anggota-anggota partainya sendiri atas isu-isu yang secara tradisional melekat pada mereka. Tidak dapat dipastikan apakah Obama bersedia untuk memengaruhi anggota Partai Demokrat atas isu yang bukan merupakan prioritas pemerintahannya.

Yang juga penting untuk dicatat, secara ideologis Obama adalah seorang liberal. Bahkan, ia dinobatkan sebagai senator yang paling liberal pada tahun 2007 oleh majalah National Journal. Dengan begitu, secara prinsipil dan insting kemungkinan akan sulit baginya untuk tidak mengacuhkan isu-isu seperti hak asasi manusia dan buruh.

Selama masa kampanye pun, terutama selama proses nominasi Partai Demokrat, Obama beberapa kali mengeluarkan statemen bahwa sebagai presiden, ia akan mencantumkan isu-isu buruh dan hak asasi manusia sebagai kondisi penting dalam menyusun perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain. Ia juga pernah mengkritik tajam berbagai perjanjian perdagangan bebas yang sudah ditandatangani AS, termasuk yang paling penting Area Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) karena kurang memerhatikan isu-isu buruh. Bahkan, ia juga pernah menyatakan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan melakukan review atas berbagai perjanjian perdagangan bebas AS yang tidak memerhatikan isu-isu buruh.

Prospek kemenangan Obama

Meskipun demikian, prospek terpilihnya Obama akan tetap merupakan sesuatu yang menggairahkan. Dibandingkan dengan calon dari Partai Republik, John McCain, tidak dapat dibantah Obama-lah yang paling dapat memperbaiki image global AS secara cepat. Ia mempunyai aset yang sangat dahsyat, yaitu latar belakang dan wajahnya. Aset inilah yang merupakan manifestasi dari the new America yang plural dan berdasarkan prinsip siapa pun dengan latar belakang apa pun punya kesempatan untuk maju.

Aset inilah yang juga dapat direpresentasikan soft power AS untuk menghadapi tantangan terbesar yang akan menghadapi pemerintahan AS baru nanti, yaitu bagaimana memenangkan hati dan pikiran banyak pihak di dunia, termasuk di Indonesia, yang selama ini teralienasi oleh berbagai kebijakan kontroversial pemerintahan Bush.

Bayangkan efek yang dapat diciptakan atas citra AS ketika Obama sebagai presiden datang ke Indonesia dan mengunjungi bekas sekolahnya di Menteng. Namun, adalah sesuatu ilusi kalau itu semua akan secara otomatis membawa hubungan AS-Indonesia ke level yang baru, dalam arti lebih menguntungkan Indonesia. Untuk dapat memanfaatkan kemenangan Obama sebagai dasar untuk meningkatkan hubungan AS-Indonesia, tidak semata-mata tergantung dari pihak AS, tetapi kita di Indonesia juga

Lima Presiden AS Kulit Hitam

Jumat, 31 Oktober 2008 | 10:09 WIB
Oleh Simon Saragih

Hingga sekarang, apalagi masa dulu, isu ras, terutama antara kulit hitam dan kulit putih, merupakan isu politik. Bahkan, AS sebagai negara besar pernah dihebohkan dengan konflik SARA. Isu ini hampir selalu mewarnai pemilu AS, bahkan pemilu presiden.

Bahkan, ada masanya darah campuran seorang capres atau presiden AS juga dikutak-katik. Dalam perjalanan sejarah AS, ada beberapa presiden AS berdarah campuran kulit hitam.

Joel A Rogers dan Dr Auset Bakhufu pernah menulis sebuah buku yang menyebutkan setidaknya ada lima presiden kulit hitam di AS. Hal ini sebenarnya relatif masuk akal.

Soalnya jumlah pria Eropa yang bermigrasi ke AS dulu kala lebih banyak dari jumlah wanita yang melakukan hal serupa. Lagi pula, pada saat itu, tindakan memerkosa pria kulit putih atas perempuan kulit hitam bukanlah kriminal.

Andrew Jackson (presiden ketujuh periode tahun 1829-1837) adalah salah satu dari anak ”haram” itu. Sebagaimana ditulis di The Virginia Magazine of History Volume 29, Jackson adalah putra kulit putih perempuan asal Irlandia yang ”menikah” dengan seorang pria kulit hitam yang saat itu berstatus budak. Bahkan, salah satu saudara Jackson telah dijual sebagai budak di Carolina.

Joel Rogers mengatakan, Andrew Jackson Sr meninggal sebelum Presiden Andrew Jackson Jr (kemudian menjadi presiden AS) lahir. Namun, Jackson Senior meninggalkan seorang istri dari kulit putih. Rogers mengatakan, ibu presiden itu hidup di daerah pertanian Crawford, California.

Di daerah pertanian itu ada budak-budak kulit hitam dan salah satu budak itu adalah ayah Andrew Jr. Dengan kata lain, terjadi perselingkuhan antara seorang budak kulit hitam dan ibunya.

Thomas Jefferson, presiden ketiga AS (tahun 1801-1809), juga salah satu keturunan kulit hitam. Setidaknya berdasarkan buku yang ditulis Thomas Hazard tahun 1867 berjudul The Johnny Cake Papers.

Hazard mewawancarai seorang warga bernama Paris Gardiner, yang mengatakan pernah hadir pada salah satu masa kampanye presiden pada tahun 1796. Saat itu seorang lain yang juga hadir pada kampanye itu menyeletuk bahwa Thomas Jefferson adalah putra dari seorang ayah berdarah separuh Indian squaw (dari garis ibu) dan mulato Virginia (dari garis ayah).

Dalam bukunya, The Slave Children of Thomas Jefferson, Samuel Sloan juga menulis bahwa Jefferson menghancurkan semua berkas, potret, dan pengaruh pribadi ibunya, Jane Randolph Jefferson, ketika meninggal pada 31 Maret 1776.

Dia bahkan menulis surat ke setiap orang yang pernah menerima surat dari ibunya, meminta mereka mengembalikan surat itu. Sloan menulis, ”Ada sesuatu yang aneh, bahkan psikopatik, tentang perjalanan jauh Thomas Jefferson hanya untuk menghancurkan semua kenangan tentang ibunya untuk mengamankan 18.000 kopi surat-suratnya sendiri dan dokumen-dokumen lain untuk peruntungan pribadi. Seseorang harus bertanya, ’Apa yang coba dia sembunyikan?’” demikian isi salah satu buku Sloan.

Abraham Lincoln, presiden ke-16 (1861-1865) AS, juga berdarah non-putih. Rogers mengutip ibu Lincoln, yang mengatakan bahwa Abraham Lincoln adalah anak tak resmi seorang keturunan Afrika. William Herndon, rekan pengacara Lincoln, mengatakan bahwa Lincoln memiliki kulit agak gelap dan rambut melilit dan berdarah Etiopia.

Dalam buku Herndon berjudul The Hidden Lincoln disebutkan bahwa Abraham Lincoln adalah anak berdarah campuran kulit hitam. Para penantang Lincoln membuat kartun yang menggambarkannya sebagai seorang negro dengan nama julukan ”Abraham Africanus the First”.

Sutiyoso Janjikan Indonesia Timur Prioritas Pembangunan

Selasa, 28 Oktober 2008 | 20:58 WIB

BIAK, SELASA - Sutiyoso yang sudah menyatakan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2009 berjanji akan menjadikan kawasan Indonesia Timur sebagai prioritas program pembangunannya apabila terpilih sebagai presiden. "Indonesia Timur wilayah yang kaya raya, termasuk Papua, jadi kalau sumber daya yang ada dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, tidak ada alasan dengan penduduknya yang sedikit, mereka harus bisa hidup makmur," kata Sutiyoso di Biak Papua, Selasa (28/10), di sela-sela safarinya yang bertajuk "Indonesia Pantang Menyerah".

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta yang akrab dipanggil Bang Yos itu, Indonesia Timur khususnya Papua adalah daerah yang kaya raya. Berbagai sumber daya alam yang mempunyai nilai jual tinggi, sehingga Indonesia Timur akan menjadi prioritasnya untuk dibangun. "Membangun termasuk infrastruktur yang diperlukan ya," katanya.

Mengenai kekayaan tambang di Papua, Sutiyoso mengatakan sekarang sudah dikelola oleh asing, tetapi kalau memang dianggap merugikan harus berani melakukan renegoisasi.

Terkait pelaksanaan Pilkada di Biak 29 Oktober ini, Sutiyoso berpesan kepada seluruh masyarakat Biak untuk menghindari tindakan kekerasan terkait pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati.

Sutiyoso mengingatkan para calon bupati dan wakil bupati daerah itu untuk siap menang maupun kalah. "Karena ini pesta demokrasi daerah, saya berharap semoga bisa dilaksanakan dengan lancar aman dan demokratis," kata dia.

Menurut Sutiyoso, kalau yang kalah harus suportif, termasuk para pendukungnya juga harus mendukung yang menang, hindari kekerasan karena tidak akan ada yang diuntungkan. Pemilihan bupati dan wakil Biak yang akan digelar 29 Oktober 2008, diikuti oleh lima pasangan calon.

Dalam Safari "Indonesia Pantang Menyerah", Sutiyoso akan berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia dan memulainya dengan perjalanan ke Indonesia Timur, yakni Papua. Tiba di Biak, Senin (27/10), Sutiyoso disambut dengan tari-tarian adat dan Muspida setempat.

Di Biak, Bang Yos melakukan perjalanan ke Kabupaten Supiori dan berdialog dengan penduduk setempat yang sebagian besar adalah nelayan, lalu melanjutkan perjalanan ke Pulau Meosbepondi, sebuah pulau di perairan Masay yang termasuk salah satu pulau terluar dari wilayah Indonesia.

Beratnya Pimpin Kabupaten di Pedalaman

Rabu, 29 Oktober 2008 | 17:17 WIB

JAYAPURA, RABU - Penjabat Bupati Nduga, Hans D Maniagasi, mengakui tidak mudah memimpin wilayah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua itu. Permasalahan infrastruktur dan sumberdaya manusia menjadi tantangan baginya untuk menata Nduga menjadi kabupaten yang siap memiliki bupati definitif.

Kepada wartawan, Rabu (29/10) di Jayapura Provinsi Papua, Hans menceritakan aktivitas yang dilakukannya sejak dilantik Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, 21 Juni 2008 di Wamena, menjadi caretaker Bupati Nduga.

Ia menuturkan, saat kunjungan kerja di Distrik Mapenduma dan Mbua dijumpai ketersediaan dan tingkat kehadiran tenaga pendidik dan kesehatan yang sangat minim. Bahkan di Kenyem, Ibukota Kabupaten Nduga, hanya terdapat dua dokter PTT dari Universitas Indonesia Jakarta dan Universitas Sam Ratulangi Manado.

"Di Mapenduma tidak ada tenaga kesehatan dan hanya ada satu pegawai negeri sipil ditambah seorang tenaga yang selama empat tahun tidak digaji," ujarnya.

Lebih parah lagi, di Mbua tidak terdapat guru namun ada bangunan sekolah. Pasalnya, kepala sekolahnya telah diangkat menjadi kepala distrik dan tidak ada pengganti atau tambahan tenaga pengajar. Untungnya, dalam tiga tahun terakhir, terdapat seorang pengajar Sekolah Alkitab berbahasa daerah yang telah tiga tahun ini mengabdikan diri tanpa gaji.

Ia mengkhawatirkan, anak-anak asli Papua setempat yang tidak mengenyam pendidikan akan menjadi generasi yang hilang ditelan zaman. "Dalam 10-20 tahun mendatang, jika kondisi ini dibiarkan, akan terjadi lost generation," ujarnya.

Hans mengaku dalam daftar ketersediaan guru dan tenaga kesehatan di distrik-distrik itu hampir seluruhnya merupakan orang asli setempat. Hanya saja, mereka lebih sering tinggal di Wamena atau Jayapura.

Tingkat kehadiran tenaga kesehatan yang sangat minim menurutnya berdampak pada pelayanan kesehatan yang mengenaskan. Dalam berbagai foto yang ditunjukkannya, anak-anak setempat terlihat memiliki perut membesar namun badan kecil.

"Entah mereka kena cacingan atau gizi buruk, saya belum tahu pasti," ujarnya. Ia menyebutkan, akibat pelayanan kesehatan yang memprihatinkan ini dirinya menerima laporan dari kepala dusun Geselma bahwa pada tahun 2007 ke 2008 terdapat 20 warga setempat yang meninggal karena berbagai penyakit.

Bahan bakar

Ditanya wartawan mengenai harga bahan bakar di Nduga, ia mengatakan, Tidak ada bensin . Pasalnya, di Nduga tidak ada jalan apalagi kendaraan roda dua atau empat.

Sarana transportasi hanya mengandalkan jalan kaki antar kampung yang membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Transportasi udara hanya dilayani pesawat Pilatus Porter berpenumpang tujuh orang milik organisasi misi nasrani di Wamena.

Dipopor Senjata, Buchtar Tabuni Siap Tuntut Aparat

Rabu, 29 Oktober 2008 | 17:49 WIB

JAYAPURA, RABU - Aktivis demonstran Papua, Buchtar Tabuni menyatakan siap menuntut aparat yang terbukti memukulkan gagang senjata kepadanya saat penangkapan terhadap dirinya, 16 Oktober 2008. Hasil visum yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura dipegangnya sebagai barang bukti perlakuan semena-mena aparat.

"Dalam bukti visum terdapat luka memar di punggung saya akibat pukulan benda tumpul. Saya berhak menuntut pelaku penyiksaan terhadap diri saya," ujar Buchtar, Rabu ( 29/10) di Kantor Dewan Adat Papua Jayapura Provinsi Papua.

Ia menjelaskan saat itu, 16 Oktober 2008, dirinya berada di Taman Imbi Kota Jayapura untuk bersiap memimpin demonstrasi yang mendukung pembentukan Parlemen Internasional untuk Papua Barat di Inggris. Tiba-tiba, ujarnya, aparat polisi, brimob, dan TNI meringkusnya serta membawanya ke Polresta Jayapura. Pada waktu itulah, ia dipopor senjata oleh aparat.

Dikatakan, pemeriksaan visum dilakukannya sepengetahuan pejabat Polresta Jayapura. "Saya diperlakukan seperti anjing. Kami minta agar aparat memperlakukan orang Papua secara manusiawi," ujar Buchtar.

27 Okt 2008

Suebu dan Atururi Walk Out di DPR - RI

Nilai Pembagian Dana Infrastruktur Hanya Adu Domba
MANOKWARI - Gubernur Papua Barat, Bram Atururi dan Gubernur Papua, Barnabas Suebu keluar dari ruangan alias walk out saat pembahasan pembagian dana Infrastruktur di Panitia Anggaran DPR-RI di Jakarta, pekan lalu.
Kedua gubernur di Tanah Papua ini merasa diadu atas sikap pemerintah dalam membagikan dana Infrastruktur, dimana Prov Papua Barat mendapat alokasi dana lebih besar Rp 600 M, sedangkan Prov Papua yang wilayahnya lebih luas hanya mendapat Rp 400 M untuk tahun anggaran 2009 mendatang.
Kepada wartawan, Sabtu (25/10), bertempat di ruang kerjanya, Gubernur Atururi secara gamblang mengungkap jalannya pembicaraan dengan Panitia Anggaran pemerintah pusat. Gubernur Papua, Barnabas Suebu memprotes keras pembagian dana infrastruktur yang tidak berimbang tersebut. '' Saat dimintai tanggapan mengenai pembagian dana Infrastruktur, Pak Bas - sapaan Barnabas Suebu - yang menjawab duluan, secara tegas mengatakan tidak setuju,'' tutur Bram membeberkan hasil pertemuan dengan Panggar pemerintah pusat.
Kalau pada tahun anggaran 2008, Pemprov Papua Barat mendapat bagian Rp 670 M, maka pada tahun 2009 kebagian Rp 600 M. Sedangkan Provinsi Papua yang wilayahnya lebih luas hanya mendapat Rp 400 M untuk tahun 2009, tahun 2008 lalu mendapat Rp 330 M. ' 'Ini yang tidak diterima oleh Gubernur Provinsi Papua. Kami tidak terima dan akan dihitung ulang lagi. Yang jelas, Pak Bas minta Rp 1 Triliun, dengan catatan Provinsi Papua Barat yang sudah dialokasikan Rp 600 M tidak boleh diturunkan,'' ujar Gubernur Papua Barat.
Usai menyampaikan uangkapan-ungkapan protes tersebut, Gubernur Papua dan Gubernur Papua Barat langsung meninggalkan ruang rapat. Pemerintah pusat diminta, kalau ingin membangun Tanah Papua secara serius, harus dengan jujur dan hati bersih.''Kalau kita serius membangun Tanah Papua ini sebagai salah satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan luas hampir 1/3 dari wilayah negara kesatuan ini, kita harus jujur, harus bersih pikirannya,'' tegas Bram lagi.
Kalau pemerintah pusat ingin benar-benar membangun infrastruktur di Tanah Papua, baik itu di Provinsi Papua ataupun Papua Barat, maka harus mengucurkan anggaran
Rp 200 Triliun. ''Kalau dikasih Rp 200 Triliun, itu baru betul. Tapi kalau hanya dikasih Rp 1 Triliun, kemudian dibagi terbalik, itu yang tidak betul,'' tandasnya lagi.
Pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat sama. Gubernur Atururi menceritakan, dihadapan rapat DPR-RI, Bas Suebu, mengatakan seharusnya Provinsi Papua mendapatkan dana yang lebih besar dibanding Provinsi Papua Barat. '' Kalau Papua Barat mendapat dana infrastruktur Rp 670 M, saya (Prov Papua) seharusnya
mendapat lebih dari itu, 2 atau 3 kali, harus Rp 1 Triliun lebih dong,'' ujar Bram menirukan kalimat yang disampaikan Gubernur Papua saat pertemuan di Jakarta, pekan lalu.
Gubernur meminta agar pemerintah pusat jangan mengadu sesama pemerintah provinsi di Tanah Papua ini lewat pembagian dana Infrastruktur yang tidak merata. Ia
mengakui, selama ini tidak pernah menuntut dan baru saat rapat membahas pembagian dana Insfrastruktur, mengeluarkan pernyataan keras. ''Stop tipu lah, stop adu-adu kita dengan antara kita sendiri. Kenapa kita ini kok dimainkan terus. Barang baru (pertemuan) kemarin kita bicara agar keras. Saya dan Pak Bas, kita bicara pada pemerintah," jelasnya.
Menurut Bram, hal-hal seperti inilah yang mengakibatkan masalah-masalah yang muncul sepanjang tahun. Orang luar akan melihat, apakah pemerintah pusat serius
membangun Tanah Papua.''Benar nggak, kita mau bangun Papua ini secara serius?. Apa yang terjadi di ruangan saat rapat dengan Panitia Anggaran, dilihat senat-senat
Amerika, dimanfaatkan LSM untuk menjadi konsumsi politik dalam aspirasi politik, bagaimana disintegrasi,'' tandasnya.
Bagi Pemprov Papua Barat, menurut Gubernur Atururi, diberi atau pun tidak, pemerintahan tetap jalan. Namun, sudah dijanjikan akan dikasih, supaya dihitung dengan baik, supaya tidak terkesan diadu. (lm)