WELCOME TO WEB FGPBP

Mungkin anda berfikir, akulah manusia yang paling tidak beruntung dan bodoh, karena kecintaan ku terhadap negeri ku lebih besar dari yang kau dapat dari ku...tapi satu hal yang kau tahu, bahwa aku berjalan bersama suatu kebenaran yang dunia telah menolaknya...sebab yang ku tahu...kebenar itu akan memerdekakan aku.

6 Nov 2009

SekJend TRWP: OPM bukan Angkatan Bersenjata, Ia Sebuah Organisasi Politik

Disampaikan kepada seluruh masyarakat Papua di manapun Anda berada, bahwa kita sebagai sebuah bangsa yang bermartabat dan tahu diri tentang jaditiri kita dan jatidiri perjuangan serta organisasi perjuangan kita, kita tahu persis bahwa OPM (Organisasi Papua Merdeka) bukanlah sebuah organisasi militer atau angkatan bersenjata yang melakukan perlawan terhadap penjajah NKRI dengan cara mengangkat senjata. Sama sekali tidak.
Oleh karena itu, cap-cap, julukan dan stigmatisasi yang dilakukan oleh NKRI selama lebih dari 40 tahun terakhir, bahwa OPM adalah kelompok bersenjata dan berbagai kegiatan militer di Tanah Air adalah kegiatan OPM merupakan kegiatan pembangunan opini yang keliru, yang dengan sengaja dilakukan NKRI secara sistematis selama hampir setengah abad lamanya, dengan tujuan tunggal: MENCAP OPM sebagai Organisasi Bersenjata, dan akhirnya dunia mencap dan menutup pintu politik/diplomasi bagi OPM sehingga tidak dapat melakukan kampanye politik dan lobi-lobi politik dalam pentas politik dunia demi memperjuangan aspirasi Papua Merdeka.
Rakyat Papua memiliki sebuah Angkatan Bersenjata yang hingga 2006 bernama TPN, dan kini telah berganti nama menjadi TRWP – Tentara Revolusi West Papua. TRWP memiliki tugas tunggal, yaitu melakukan peperangan dengan cara mengangkat senjata dan mengganggu keberadaan NKRI di Tanah Papua secara militer, dengan aksi-aksi kekerasan. Tetapi aksi-aksi TRWP saat ini bukan tanpa terukur, bukan secara sembarangan dan bukan secara sporadis, seperti era-era lalu. Kini TRWP mempersiapkan diri untuk melakukan kampanye militer secara profesional dan bermartabat, secara terbuka dan didukung oleh kampanye dan diplomasi OPM di pentas politik dunia, bukan sporadis dengan aksi-aksi terorisme seperti diskenario-kan NKRI.
Organisasi Papua Merdeka, berarti sebuah organisasi, bukan sebuah angkatan. Prinsip inilah yang harus dikenal oleh orang Papua. Sebuah organisasi bukanlah sebuah angkatan bersenjata.
Selain itu, penggabungan nama TPN dengan OPM menjadi TPN/OPM adalah upaya sistematis kolonial NKRI dalam rangka mematikan ruang gerak dan kiprah baik sayap militer maupun sayap politik, tetapi terutama sayap politik perjuangan Papua Merdeka sehingga kedua organisasi tidak memiliki ruang gerak dan kapasitas untuk memperjuangkan Papua Merdeka. Untuk meloloskan diri dari jerat itu, Panglima Tertinggi TPN/OPM telah mengambil kebijakan dengan menyelenggarakan Kongres TPN/OPM I tahun 2006 dan dalam kongres itu telah diputuskan antara lain:
1. Nama TPN menjadi Tentara Revolusi West Papua (TRWP);
2. Organisasi Papua Merdeka (OPM) secara organisasi dan struktural komando dipisahkan dari TRWP;
3. Perjuangan Papua Merdeka perlu dibenahi kembali agar kampanye militer dan politik diselenggarakan secara bermartabat dan terbuka.
Oleh karena itu, jangan terpancing oleh permainan NKRI, jangan terbawa arus oleh irama lagu lama yang mereka mainkan. Kini TRPB dan OPM sedang membangun sebuah fondasi baru, fondasi yang berakar dan bertiang kuat, sebuah fondasi yang akan membawa bangsa Papua memasuki Papua Merdeka, bukan “Papua Baru” seperti digambarkan Barnabas Suebu, Sang Ondoafi Ifale.
Papua Baru, bukan Papua Merdeka, namanya sudah lain, apalagi isinya? Papua Baru artinya Papua dan Indonesia yang rukun dan damai, tak ada perang, tak ada pemberontakan, tak ada TRWP tak ada OPM.
Organisasi Papua Merdeka adalah Organisasi Induk dari semua organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan West Papua, entah Presidium Dewan Papua, entah Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka, entah Koalisi Nasional untuk Pembebasan Papua Barat, semuanya hanyalah anak-anak kandung dari OPM.
Kini induk organisasi sedang mempersiapkan diri untuk memperkenalkan wajah barunya. Oleh karena itu, dari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua mengundang semua pihak, baik pendukung Otonomi dan NKRI maupun pendukung Papua Merdeka, di manapun Anda berada, doakanlah supaya Organisasi Papua Merdeka kini berdiri dengan wajah, dengan pempimpin dan dengan program yang tegas dan jelas, dan dengan demikian akan membawa bangsa Papua memasuki kemerdekaannya, seperti yang telah diimpikan mereka yang sudah tiada, mereka yang masih hidup dan rela berkorban dan mereka yang akan lahir.
Amin.
Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan TRWP
Pada Tanggal: 25 Oktober 2008
Leut. Gen. Amunggut Tabi
Sekretaris-Jenderal

West Papua documentary to show at United Nations film festival

 Undercover West Papua documentary
'Forgotten Bird of Paradise' has been confirmed to show at the United Nations 'We The Peoples Film Festival', being held in London later this month.


The festival, which is now in its fourth year, strives to raise the profile of the United Nations by promoting its aims and work in development, security and human rights to new and existing audiences by inspiring and educating them through film.

At the heart of this year’s festival will be the Three Pillars of Freedom - freedom from want, freedom from fear and the freedom to live in dignity, and the Environment.

The festival also endeavours to raise awareness and support in the United Kingdom and the global film industry for the development work of the UN, its agencies and NGOs.
As well as showing high quality films, the festival provides a forum for discussion about the issues portrayed, with experts from across the field.

'Forgotten Bird of Paradise' will be shown at the Roxy Cinema at London Bridge on Saturday 28th November at 430pm. The film includes interviews with human rights victims of the Indonesian regime, a secret interview with Amnesty International 'prisoner of conscience' Yusak Pakage, as well as startling footage of OPM rebel fighters.

More information on the festival can be found at www.wethepeoples.org.uk

Watch a trailer for 'Forgotten Bird of Paradise' at www.forgottenbirdofparadise.net/Screenings.html

4 Nov 2009

Puluhan PSK di Timika Positif HIV

Liputan6.com, Timika: sekitar 10 persen dari 294 pekerja seks komersial di lokalisasi prostitusi Kilometer 10, Timika, Papua, dinyatakan positif terinfeksi HIV. Demikian data yang disampaikan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Mimika, Rabu (4/11).
"Sekitar 20-25 orang PSK yang positif HIV sampai saat ini masih bekerja aktif," kata Sekretaris KPA Mimika, Reynold Ubra. Ia menyarankan, agar warga Timika ekstra waspada saat mengunjungi lokalisasi KM 10 dan jika "terpaksa" maka harus menggunakan alat pengaman alias kondom saat melakukan hubungan seks.
Sejak beberapa tahun lalu KPA Mimika bersama Departement Public Health & Malaria Control (PHMC) PT Freeport Indonesia menyediakan kondom secara gratis di lokalisasi tersebut. KPA Mimika juga merekrut dua orang petugas yang selalu siaga setiap saat memonitoring penggunaan kondom pada para PSK.
"Bagi PSK yang terkena infeksi menular seksual (IMS) kita berikan sanksi tegas dan harus istirahat sampai sembuh baru bisa membuka praktek lagi," jelas Reynold seperti dikutip ANTARA.
Menurut Reynold, para PSK di KM 10 setiap dua kali seminggu mendapat layanan kesehatan oleh petugas kesehatan dari PHMC PT Freeport. Namun tidak demikian halnya dengan para PSK liar yang berkedok sebagai tukang pijat, pelayan di bar, dan pekerjaan lainnya, karena keberadaan mereka sulit dijangkau petugas.(ADO/SHA)

3 Nov 2009

Menyoal Kelly Kwalik, Sosok yang Disebut-sebut Aktor Pelaku Penembakan di Freeport

“Film itu Memang Kelly Kwalik, Tapi Sepertinya Sudah Usang”
Masyarakat Papua kembali digegerkan rentetan penembakan misterius di areal penambangan emas milik PT Freeport Indonesia selama 4 bulan terakhir ini. Dimana kasus itu telah memakan enam korban jiwa, dimulai dari masyarakat pemilik hak ulayat, karyawan Freeport hingga petugas keamanan yang bertugas mengamanakan aset nasional tersebut.
Oleh : Hendrik Hay
NAMA Kelly Kwalik kembali muncul setelah sekian tahun tak pernah terdengar, terakhir tahun 1995 nama kelly menggegerkan dunia karena menyandera Tim Peneliti Taman Nasional Lorenz, waktu yang cukup panjang serta melelahkan hidup di hutan belantara Papua.
Sekarang nama Kelly Kwalik kembali muncul karena aksi teror sepanjang pertengahan tahun 2009, sebut saja tanggal 11 Juli 2009 di jalan poros utama perusahan mile 54 Tembagapura terjadi penembakan terhadap satu warga sipil berkebangsaan Australia Mr. Drew Nicholas Grant (38) yang adalah karyawan PT. Freeport Indonesia.
 Tim polda Papua tak tinggal diam pasca penembakan itu, tim dari detasemen Khusus Anti Teror 88 Polda Papua pada tanggal 20 Juli 2009 langsung menangkap 7 warga sipil di kota Timika. Mereka yang ditangkap semua berasal dari suku Amungme yang adalah pemilik hak ulayat.
 Pada tanggal 23 Juli 2009 penangkapan terjadi lagi terhadap warga sipil yang bermukim di jalan baru Distrik Kwamki Baru dan mereka berjumlah 7 orang kesemuanya adalah sukuk Amungme. 25 orang sipil telah ditangkap pihak kepolisian untuk dimintai keterangan terkait peristiwa penembakan di areal PT. Freeport Indonesia.
 Namun dari sekian penyidikan yang dilakukan Tim Polda Papua tidak menunjukkan bukti-bukti kuat akan keterlibatan mereka ataupun TPN/OPM pada penyerangan yang mematikan tersebut. Bahkan dari hasil olah TKP secara transparan Kapolda Papua telah mengumumkan bahwa peristiwa penembahkan warga sipil di areal PT. Freepot Indonesia sejak tanggal 11 Juli 2009 adalah ”tindakan kriminal bersenjata murni” bukan dilakukan oleh TPN/OPM, pimpinan Kelly Kwalik
 Peryataan Kapolda ini rupanya ingin memberitahu pihak-pihak yang berkepentingan di perusahan tersebut bahwa ada pihak lain yang mencoba menebar teror dengan menjadikan TPN/OPM sebagai tameng untuk melegitimasi aksinya.
 Tapi sayang jika ternyatan dua institusi yang berwenang memiliki serta menggunakan senjata api ini saling silang pendapat, bahkan terkesan hanya ingin mengaburkan persoalan yang telah merenggut nyawa.
 Lihat saja Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI A. Y. Nasution, saat diwawancarai wartawan di Swesbel Hotel Jayapura pekan kemarin. Pangdam tanpa ragu memastikan bahwa pelaku teror di Freeport Timika adalah pemimpin TPN/OPM Kelly Kwalik.
“Pelaku teror adalah Kelly Kwalik, dia yang mengeluarkan perintah operasi untuk merusak Freeport, dan kami (TNI-red) akan cari,” tegas Pangdam.
 Sebelumnya Pangdam mengakui bahwa sosok lelaki tua yang muncul pada film pendek yang disaksikan dihadapan para para peserta dialog adalah Kelly Kwalik, sosok lelaki ini justru jauh berbeda dengan kelly kwalik fersi Polda Papua yang juga sempat ditunjukkan beberap waktu lalu.
 Sikap silang pendapat ini, menunjukkan kinerja Polda Papua masih sangat lamban mengungkapkan kasus di Timika, ini sama halnya polda sedang memelihara konflik di Timika secara umum di Papua.  Sampai saat ini pihak Kepolisian masih susah menemukan pelaku penembahkan warga sipil di areal PT. Freeport Indonesia. Polisi juga sulit menemukan siapa otak di balik peristiwa yang mengorbankan 7 warga suku Amungme yang tak bersalah dan tidak berdosa ini.
Semuanya masih misteri SIAPA DIA?
 Pihak Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia (AMPTPI) yang dikenal selalu menyuarakan ketidakadilan di Papua lewat ketua DPW Indonesia Tengah yakni Dominikus Serabut secara terang-terangan mengakui bahwa sosok lelaki yang ditampilkan lewat video rekaman milik pihak TNI tersebut adalah sang Kelly Kwalik.
 Ada apa sebenarnya? Apakah Kelly Kwalik adalah seorang yang nyata atau Kelly kwalik hanyalah manusia jadi-jadian di belantara Papua.
 Yang justru membingungkan adalah perintah operasi yang dikeluarkan Kelly Kwalik lewat film pendek itu untuk mengacaukan aktifitas penambangan di PT Freeport Indonesia disangkal sebagai video yang sudah kadaluarsa.
 “Itu memang Kelly tapi PO yang dikeluarkan itu sepertinya sudah lama, itu video yang sudah usang tidak benar kalau kelly keluarkan PO,” terang Demus.
 Senada dengan Demus ketua umum DAP, Forkorus Yaboisembut mengatakan, pasca penembakan tanggal 11 Juli 2009 di mile 54 Tembagapura, Kelly Kwalik telah menyurati pemerintah Australia untuk memberi tahu bahwa penembakan warga sipil australia tersebut bukan dilakukan TPN/OPM.
 “Saya dengar bahwa Kelly Kwalik sudah mengirim surat resmi kepada pemerintah Australia untuk memberi tahu bahwa bukan dia ataupun anak buahnya yang melakukan,” jelas Forkorus.
“Apa yang Kelly minta harus jelas,” tambah Direkrtris Yayasan Hak Asasi Manusia dan Kekerasan (YAHAMAK) Yosepha Alomang.
 Alomang justru mempertanyakan penangkapan 7 orang sipil tersebut yang mana tidak ditemukan barang bukti berupa selongsong peluruh kosong, selogsong peluruh aktif dan senjata api.  “Mengapa barang bukti yang di umumkan di temukan di mile 27 dengan setumpukan bahan-makanan dan di luar pemukiman warga sipil tempat di mana 7 warga di tangkap?,” singgung Alomang.
 Pernyataan Pangdam di Media, kata Alomang, jauh berbeda dari yang dilontarkan saat berada dalam ruang Dialog Publik Carut Marut Kasus Freeport yang digelar DPD KNPI Propinsi Papua di Swiisbel Hotel pekan kemarin.
“Ia (pangdam) katakan kalau pelakunya adalah Kelly Kwalik, ini artinya siapa mau tipu siapa?.” tanya Alomang.
 Sejumlah kasus yang terjadi di Papua tidak pernah ada penyelesaian hukum yang pasti namun peluang konflik dimanfaatkan pihak lain dengan konspirasi tertentu dan rakyat Papua selalu dikambing hitamkan dengan ungkapan separatis. Lantas apakah sang jenderal TPN/OPM ini juga mengalami nasib serupa.(***)

Siapa Pelaku Penembakan di Freeport Bingungkan Rakyat

Kalau Polisi Bisa Hancurkan Nudin M.Top, Kenapa Pelaku Freeport Tidak Bisa 

JAYAPURA-Masih adanya kesan kesimpangsiurnya siapa aktor pelaku di balik kasus teror penembakan di arael PT. Freeport Indonesia selama 4 bulan berturut-turut, ikut menjadi perhatian  anggota DPRP Papua Melkias Yeke Gombo dan pengamat di Papua. Menurut Melkias mengatakan adanya perbedaan pendapat antara Pangdam dengan  Kapolda Papua soal pelaku penembakan di PT Freeport justru membingungkan masyarakat. Sebab di satu sisi, pihak TNI memastikan pelakuknya kelompok TPN/OPM pimpinan Kelly Kwalik, namun disisi lain tuduhan itu dibantah Kelly Kwalik  melalui anggota polisi yang sengaja menemuninya di Timika beberapa waktu lalu.
“Kasus penembakan di areal PT. Freeport, sangat tidak jelas siapa pelaku penyidik itu, Pangdam atau kapolda, sehingga saya minta kepada Pangdam dan kapolda
harus menempatkan diri agar tidak keliru persoalan, yang punya kewenangan penyelidikan adalah kepolisian Polda Papua,  Pangdam kan, jadi posisi harus jelas,” ujarnya kepada Bintang Papua di ruang Fraksi Demokrat Senin (2/11)
  “Saya juga mau mempertanyakan, jika statemen Pangdam yang menuduh bahwa aktor penembakan anggota OPM, sehingga saya mau bertanya, peluru itu buatan dari negara mana? Senjata api seperti apa? Inikan harus jelas, OPM punya atau TNI/Polri punya, jangan mengaduh domba rakyat di Papua,”katanya lagi..
   Pasalnya, berdasarkan data yang dihimpun olehnya, lokasi penembakan itu  berdekatan dengan pos penjagaan keamanan, sehingga bagaimana bisa meneropos masuk areal itu. Apalagi  daerah tersebut pengawalan sangat ketat oleh pasukan keamanan, sehingga  tertlu dini jika Pangdam menglaim itu kelompok TPN/OPM.
 “Jangan-jangan ini sebuah rekayasa pihak keamanan di tanah Papua, jangan saling melempar kepentingan untuk menguasai daerah tersebut. Masa tempat yang sama terjadi kerusuhan/penembakan ini sangat aneh, jika memang aktor itu jelas muaranya tangkap saja, jangan justru saling mengklaim, dan  jangan main tangkap masyarakat sembarang,”. katanya.
Sementara itu, di tempat terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Drs Agus Rianto berdasarkan fakta hukum yang disampaikan mantan Kapolda Papua Inspektur Jenderal Drs  FX Bagus Ekodanto,  beberapa waktu lalu, bahwa serangkaian aksi penembakan di areal Freeport bukan dilakukan kelompok Kelly Kwalik.
 Menurut Agus Rianto, sampai saat ini pihaknya belum berhasil menangkap pelaku serangkaian penembakan di areal PT Freeport . “Kita tetap mengedepankan azas pra duga tak bersalah  dan para pelaku kita kategorikan sebagai kelompok kriminal bersenjata. Mereka berkelompok menggunakan senjata api lalu melakukan serangkaian serangan," ucap Agus Rianto.
 Siapa pelaku penembakan di areal Freeport, tambah Agus Rianto, pihaknya  belum mengklaim siapa pelaku, karena belum menangkap pelaku. Tapi pihaknya telah memperoleh  data saat dialog tersebut  Kelly Kwalik (KK) mengatakan bukan kelompoknya sebagai dalang serangkaian aksi penembakan di areal PT Freeport selama ini.
 “Kita belum tahu apakah pernyatan KK benar atau tidak, kita masih lakukan pengembangan,” ujarnya, seraya menambahkan, pihaknya  bersyukur KK mau dialog sehingga kita dapat mempersempit pola pola penangganan kasus penembakan di areal Freeport."
 Saya tak membantah pendapat Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen AY Nasution yang menyebutkan pelaku serangkaian penembakan di areal Freeport adalah TPN/OPM. (Bintang Papua, Sabtu (31/10) Agus Rianto hanya menegaskan penjelasan Kapolda.
 Menurut fakta hukum, lanjutnya, pihaknya  tak menuntut pengakuan dari yang bersangkutan kalau ada yang bertanggungjawab tunjukkan di depan hukum.
 Ditanya apakah Polri tak langsung menangkap KK, Agus Rianto mengatakan pihaknya melakukan pendekatan kemanusiaan. Bahkan  sebelum berdialog dengan KK itu, maka 3 anggota Polri dilucuti persenjataannya, bahkan mereka juga   tak mengetahui lokasi pertemuan dengan KK. Yang mereka tahu adalah di salah satu hutan di Timika.
 Walaupun sampai saat ini belum menemukan pelaku tapi pihaknya meminta dukungan masyarakat agar tak ada anggapan polisi tak serius dalam menangani kasus serangkaian penembakan di pabrik emas terbesar di dunia tersebut. "Polri tak setengah setengah, tapi  tinggal waktu yang menjawabnya," ujarnya.
Sedangkan, DR.Neles Tebay, Pengamat  Sosial  Politik  Papua mengatakan, penembakan Freeport, sesungguhnya siapa yang punya tugas untuk melakukan investigasi itu adalah hal yang pertama kata Neles. “Lalu,  saya pikir kedua belah pihak TNI dan Kepolisian sesungguhnya  mempunyai  tugas  untuk  menginformasikan  kepada   rakyat  kita. Kata Neles jika informasi  kedua  belah  pihak TNI dan Kepolisian  ini  benar, tidak jadi soal, namun  sekiranya  pendapat   keduanya   berbeda, ini bisa membinggungkan rakyat, dan selama ini sejak peristiwa penembakan di Freeport Timika, rakyat begitu diguncangkan  dengan  peristiwa  serupa  yang  selalu  terjadi di  areal  Freeport.
Jika Kedua lembaga tidak mampu menggungkap misteri penembakan tersebut, kredibilitas TNI dan Kepolisian kedepan tidak akan dipercaya rakyat, kredibilitas kedua lembaga ini di pertanyakan.
  Kata dia, persoalan sekarang, siapa yang  diberi  tugas untuk  melakukan   penyelidikan, jika kepercayaan diberikan kepada Kepolisian, hendaknya kepercayaan itu diberikan untuk dijalankan, sebaliknya jika kepercayaan diberikan kepada TNI untuk melakukan penyelidikan, hendaknya kepercayaan itu diberikan kepada TNI. Jika kedua belah pihak, TNI dan Kepolisian  tidak  mampu  lagi  mengungkapkan  sejumlah  persoalan  terkait penembakan di Timika, dan tidak dipercaya lagi,  maka   salah satu pihak di pusat  dalam hal ini Pemerintah pusat hendaknya mengambil alih. Tapi kalau polisi ,kata Neles bisa menghancurkan gembong teroris Nurdin M. TOP, seharusnya pola yang sama yang dipakai  dalam memecahkan kemelut penembakan di PT  Freeport.
Saat ini kata Neles dengan sejumlah kejadian Penembakan yang terulang kembali dan menyisahkan kebinggungan rakyat Papua, tapi juga  kebinggungan yang sama juga terjadi di pihak keluarga korban.
 Pemerintah  SBY hendaknya  segera bentuk Tim khusus untuk melakukan penyelidikan di Tembagapura, Timika, terkait penembakan yang terjadi berulang kali tanpa diketahui pelakunya. Dikatakan, sebagimana SBY menurunkan Tim Densus  melakukan pengerebekan hingga  tewasnya Nurdin M Top.(ery/mdc/veni)