Ancaman itu berupa pembobolan data komputer tim pemilu Obama yang disinyalir oleh Biro Investigasi Federal AS FBI dan Gedung Putih dilakukan oleh hacker dari ketiga negara tersebut.
Dalam pengarahan yang disampaikan oleh badan intelijen keamanan nasional AS Kamis (6/11) kemarin, Obama mendapatkan informasi tentang ancaman dari Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Medvedev mengancam akan mengarahkan hulu ledak rudalnya ke perbatasan Polandia apabila Obama tetap melanjutkan rencana Presiden George W. Bush untuk membentuk perisai rudal di Eropa Timur.
Israel juga memperingatkan Obama mengenai kesiapan presiden terpilih AS itu untuk membuka perundingan dengan Iran yang dipandang di Timur Tengah sebagai isyarat kelemahan. "Kita (AS dan Israel) hidup dalam situasi menjatuhkan sanksi terhadap Iran dan kemudian Anda (Obama) mengubahnya menjadi dialog yang dapat diinterpretasikan sebagai kelemahan," kata Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni yang menolak diadakan perundingan antara AS dan Iran.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengakhiri tradisi yang telah berlangsung selama 29 tahun di negaranya dengan menyampaikan ucapan selamat terhadap presiden AS yang baru terpilih. Ahmadinejad berharap Obama menggunakan kesempatannya itu untuk melayani warga AS dan meninggalkan jejak nama baik di dalam sejarah selama berkuasa.
Ucapan selamat itu merupakan pertama kali yang dilakukan oleh pemimpin Iran sejak Revolusi Islam tahun 1979. Iran dan AS memutuskan hubungan diplomatiknya sejak milisi Iran menahan 52 warga AS selama 444 hari 29 tahun lalu.
Presiden George W. Bush telah berulangkali terlibat ketegangan dengan Teheran sehubungan dengan program nuklir Iran. Ketegangan itu juga terjadi akibat sikap oposisi Iran terhadap invasi pimpinan AS di Afganistan dan Irak.