Oleh : Fajar Kurnianto
Pekan lalu, Australia memberikan visa kepada 42 warga Papua yang ”ngeloyor” pergi tanpa pamit dari Indonesia ke negeri itu untuk meminta suaka politik. Sebuah keputusan ”kontroversial” yang tidak mempertimbangkan perasaan dan kedaulatan bangsa Indonesia. Sikap politik yang telah memicu bara ”anti-Australia” dari sebagian anggota dewan perwakilan rakyat dan sejumlah tokoh Indonesia.
Sikap Australia memang terhitung ”kontroversial.” Karena, sudah menjadi rahasia umum, Australia kerapkali menampakkan sikap politik yang paradoks. Secara politis, di satu sisi, Australia mendukung sepenuhnya integrasi Papua ke dalam wilayah Indonesia dan menentang gerakan separatis yang menginginkan Papua merdeka. Tapi, pada sisi yang lain, gerakan-gerakan separatis Papua, kerapkali ”didukung,” dengan cara sembunyi-sembunyi dan halus. Contoh konkretnya: pemberian visa itu sumber
Pekan lalu, Australia memberikan visa kepada 42 warga Papua yang ”ngeloyor” pergi tanpa pamit dari Indonesia ke negeri itu untuk meminta suaka politik. Sebuah keputusan ”kontroversial” yang tidak mempertimbangkan perasaan dan kedaulatan bangsa Indonesia. Sikap politik yang telah memicu bara ”anti-Australia” dari sebagian anggota dewan perwakilan rakyat dan sejumlah tokoh Indonesia.
Sikap Australia memang terhitung ”kontroversial.” Karena, sudah menjadi rahasia umum, Australia kerapkali menampakkan sikap politik yang paradoks. Secara politis, di satu sisi, Australia mendukung sepenuhnya integrasi Papua ke dalam wilayah Indonesia dan menentang gerakan separatis yang menginginkan Papua merdeka. Tapi, pada sisi yang lain, gerakan-gerakan separatis Papua, kerapkali ”didukung,” dengan cara sembunyi-sembunyi dan halus. Contoh konkretnya: pemberian visa itu sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar