WELCOME TO WEB FGPBP

Mungkin anda berfikir, akulah manusia yang paling tidak beruntung dan bodoh, karena kecintaan ku terhadap negeri ku lebih besar dari yang kau dapat dari ku...tapi satu hal yang kau tahu, bahwa aku berjalan bersama suatu kebenaran yang dunia telah menolaknya...sebab yang ku tahu...kebenar itu akan memerdekakan aku.

7 Jun 2009

Baku Tembak di Kapeso, 3 Tewas


JAYAPURA- Kontak senjata akhirnya pecah di Kapeso. Kelompok diduga dari TPN/OPM yang menguasai Lapter Kapeso, Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya dilaporkan melakukan penyerangan terhadap anggota polisi, Rabu (3/6) pukul 13.30 WIT pekan kemairn.
Meski sempat diberikan peringatan, namun kelompok yang dipimpin Decky Imbiri tersebut terus menyerang 8 personel polisi yang akan turun ke bibir danau dekat Kapeso untuk melakukan himbauan dari pimpinan gereja di Papua yang disiarkan dengan pengeras suara. Penyerangan itu dibalas juga dengan tembakan dari aparat
Akibat kontak senjata ini, 4 anggota kelompok pimpinan Decky Imbiri tersebut tertembak, dimana 2 diantaranya tewas di tempat dan 2 mengalami luka-luka.
Selain itu, 4 personel polisi mengalami luka - luka ringan karena terkena anak panah di bagian kaki dan tangan.
Tidak hanya itu, polisi berhasil masuk dan menguasai rumah Wakil Ketua Klasis GKI Kapeso yang sempat dijadikan markas bagi kelompok bersenjata pimpinan Decky.
Di rumah tersebut, polisi berhasil mengamankan Nela Yenseren yang sempat mengaku sebagai pendeta dan menyebarkan ajaran yang dinilai melenceng bersama dengan seorang remaja berusia 14 tahun.
Belum diketahui nama-nama korban, apalagi tidak ada identitasnya. Selain itu, sebelumnya juga dilaporkan salah seorang anggota Tim Negosiasi dari Penjabat Bupati Mamberamo Raya Demianus Kyew-Kyew dilaporkan juga tewas. Korban ditembak oleh orang tidak dikenal ketika mencoba masuk ke Kapeso. Nama anggota tim negosiasi ini juga belum diketahui, namun korban mengalami luka di tangan dan tembus hingga perutnya.
Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto kepada wartawan dalam pers conference di Mapolda Papua, Sabtu (6/6) kemarin, membenarkan adanya kejadian tersebut.
Kapolda menjelaskan, awalnya pada Rabu (3/6) pukul 13.30 WIT lalu, 8 personel Brimob dengan menggunakan kapal patroli 509 Polda Papua yang dibantu 2 long boat memberikan himbauan kepada masyarakat dan kelompok pimpinan Decky Imbiri yang menguasai Lapter Kapeso. Himbauan dilakukan dari sebuah danau sekitar 300 meter dari kampung tersebut.
Himbauan ini berasal dari pimpinan gereja di Papua yakni Ketua Sinode GKI Papua, Pdt Jemima Krey Mirino dan Ketua Sinode GIDI Pdt Lipiyus Biniluk yang sempat direkam Selasa lalu, melalui pengeras suara.
Saat polisi mendekati bibir danau, terlihat ada beberapa warga yang memanggil. Aparat kemudian merapat. Ternyata, itu hanya jebakan, karena yang terlihat orang-orang itu justru anggota kelompok Decky Imbiri. Mereka terlihat mengangkat senjata, busur dan anak panah. Polisi kemudian cepat-cepat mendekati ke belakang kantor Klasis GKI Kapeso.
Polisi tiba-tiba diserang dengan senjata tradisional busur dan anak panah.
"Anggota sempat memberikan peringatan, namun tidak digubris bahkan terus menyerang. 8 personel lainnya langsung membantu sehingga terjadi kontak dengan kelompok bersenjata tersebut," jelas Kapolda Bagus Ekodanto.
Pada saat kontak tersebut, lanjut Kapolda, polisi akhirnya bisa menguasai Kantor Klasis GKI Kapeso dan rumah dari Wakil Klasis yang juga sempat dikuasai oleh kelompok bersenjata tersebut, lalu melakukan pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan tersebut, polisi berhasil menemukan Nela Yenseren yang diduga sempat menyebarkan ajaran yang melenceng kepada warga Kapeso hingga bergabung bersama Decky Imbiri mengibarkan bendera Bintang Kejora dan menguasai Lapter Kapeso.
Selain itu, seorang anak berusia 14 tahun ditemukan bersama Nela Yenseren, selanjutnya diamankan dan dibawa ke Kampung Bagusa, tidak jauh dari Kapeso. "Setelah itu, dilakukan tindakan persuasif supaya tidak ada penyerangan," katanya.
Kapolda mengungkapkan kelompok Decky Imbiri bersama masyarakat yang terpengaruh diketahui sudah melarikan diri ke seberang Lapter Kapeso.
Polisi kemudian melakukan penyisiran dan menemukan dua orang tewas tertembak dan 2 orang luka-luka.
Tidak hanya itu, di TKP ditemukan puluhan busur dan anak panah, 4 senjata api rakitan seperti Moser dan 1 senjata api rakitan seperti AK 47 dan 15 butir peluru, dokumen latihan dan dokumen tentang ajaran ibu Nela Yenseren serta beberapa catatan aktivitas kegiatan mereka di Kapeso.
"Korban langsung dievakuasi, namun nama-nama korban belum diketahui karena tanpa identitas. Korban akan divisum, Selain itu komunikasi kami dengan anggota disana sulit sekali, dan selalu putus-putus. Dari sini diketahui, kelompok tersebut memang dipimpin Decky Imbiri. Ia dikenal dengan sebutan komandan dan melakukan pelatihan militer baik untuk membuat senjata rakitan dan merakit senjata tradisional busur dan anak panah, melatih pionir-pionir pertahanan dan mereka melatih untuk mengajar memanah dan mendirikan camp-camp," papar Kapolda.
Kapolda mensinyalir ada konspirasi yang dilakukan Decky Imbiri dan Nela Yenseren, dimana dalam pelatihan fisik dilakukan Decky Imbiri dan untuk ajarannya dilakukan Nela Yenseren. Ajaran dari Nela menyebutkan, akan Datang Juru Selamat dari Kapeso, termasuk menafsirkan mimpi ada bendera dan kuda putih. Akibat ajaran ini, masyarakat akhirnya tetap bertahan disana, sambil menunggu kemerdekaan.
Hingga sekarang polisi masih melakukan status quo di Kantor Klasis GKI dan belum melakukan kegiatan lebih lanjut, sambil mengembalikan situasi di Kapeso. Saat ini, setidaknya ada sekitar 48 personel kini berada di Kantor Klasis GKI Kapeso. Jarak kantor klasis dengan Lapter Kapeso sekitar 300 meter.
Kapolda memperkirakan kelompok Decky Imbiri tersebut lari kearah sekitar Kosata atau bertahan di Pegunungan Ampawer. Sebelumnya, ada sekitar 150 orang yang bergabung bersama Kelompok Decky Imbiri.
Berapa pucuk senpi yang dimiliki? Kapolda mengakui belum memperoleh keterangan jelas, namun dari informasi awal mereka memiliki senpi rakitan 15 unit dan 3 pucuk senpi organik.
Kapolda menyebut kelompok Decky Imbiri merupakan kelompok sipil bersenjata, namun diperoleh informasi juga ada yang mengakui pernah bersama-sama dalam pelatihan TPN/OPM.
Soal Decky Imbiri, ujar Kapolda, ia ingin menjadi komandan, karena dikenal dengan nama komandan. "Ia mantan TNI. Saya tidak tanya ke Kodam, tapi tanya orang yang pernah latihan bersama yang bersangkutan bahwa dulu mantan TNI. Dia membentuk pasukan ini dengan merekrut masyarakat sekitar. Indikasinya sudah mengetahui, dimana yang ikut ada sebagian warga dari Trimuris, Kosata, Bahudi dan Bagusa," jelasnya.
Kapolda mengungkapkan sudah 17 hari mereka menguasai Lapter Kapeso, namun pihaknya tidak akan membiarkan aksi mereka." Untuk sekarang masih status quo dulu, selain itu memulihkan aktivitas masyarakat dan mengajak kepada tokoh masyarakat agar kembali beraktifitas," jelasnya.
Yang jelas, pihaknya akan melakukan pengejaran terhadap kelompok Decky Imbiri. Kapolda juga mengakui akan ada penambahan pasukan ke Kapeso. Saat ini sudah ada 200 personel dari Brimob, Densus, Polaiar dan Polres Sarmi di Kapeso.
Menurut Kapolda, sesuai perintah Kapolri, agar dilakukan secara persuasif, termasuk melibatkan Komnas HAM, pimpinan gereja, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemuda, namun kejadian tersebut sifatnya Force Majeure, tidak menyangka akan dilakukan penyerangan.
"Belum ada tindakan ke bandara Kapeso, kita masih persuasif, bendera bintang kejora masih berkibar. Kami tetap menghimbau kepada masyarakat, meski status quo," jelasnya.
Korban tewas warga setempat, diakui oleh Kapolda. Korban ditembak di kanal Sawandi saat akan mencoba masuk di daerah yang dikuasai kelompok Decky Imbiri tersebut. Warga itu merupakan tim negosiasi dari Bupati Mamberamo Raya Demianus Kyew-Kyew yang mau masuk ke Kapeso, namun Kapolda mengatakan, bahwa ia sudah diingatkan untuk tidak masuk karena masih bahaya di kanal. Padahal, rombongan lain masih berhenti di Bagusa.
"Dari rombongan Bupati mau ke sana. Saya belum tahu apa tujuan rombongan Bupati mau masuk kesana, karena sudah sempat diingatkan Kapolres Sarmi untuk tidak masuk ke Kapeso," tandasnya.
Kapolda mengatakan dari informasi yang diperoleh, bahwa Decky Imbiri memiliki pasukan, kemudian mempersiapkan bunker atau pioner pertahanan dan latihan itu dilakukan secara rutin. "Sementara dari analisa, tujuannya mereka untuk merdeka. Kami tetap akan melakukan pengejaran," pungkasnya. (bat)

GRAFISSS

Data dan fakta

Lapter Kapeso Diduduki TPN/OPM Kelompok Decky Imbiri
-Rabu (13/5) Lapter Kapeso dikuasai dan pengibaran Bendera Bintang Kejora
-Sabtu (16/5) negosiasi pertama Pdt Yoku dengan Pok Decky Imbiri, tapi tidak ada titik temu.
-Minggu (17/5) negosiasi kedua, libatkan pemda, tokoh agama, masyarakat dan pemuda, namun belum ada titik temu.
-Selasa (19/5) Polda Kirim 1 SSK Brimob ke Kampung Bagusa
-Senin (25/5) anggota Polres Sarmi diserang luka terkena anak panah di pelipis kiri.
-Selasa (26/5) Polda Kirim 2 Pleton Brimob dengan KN Aldebaran.
-Kamis (28/5) masih negosiasi ketiga.
-Selasa (2/6) Polda membuat rekaman suara himbauan dari Ketua Sinode GKI Papua, Pdt Jemima Krey Mirino dan Ketua Sinode GIDI, Pdt Lipiyus Biniluk.
-Rabu (3/6) 8 personel Brimob yang menyerukan himbauan diserang kelompok Decky Imbiri, 4 warga tertembak, 2 diantaranya tewas, 2 luka-luka. Di pihak polisi, 4 mengalami luka ringan.
-Rabu (3/6) di Kanal Sawandi, seorang Tim Negosiasi Bupati Mamberamo Raya tewas ditembak orang tidak dikenal saat mencoba masuk Kapeso.

Sumber: Mapolda Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar