WELCOME TO WEB FGPBP

Mungkin anda berfikir, akulah manusia yang paling tidak beruntung dan bodoh, karena kecintaan ku terhadap negeri ku lebih besar dari yang kau dapat dari ku...tapi satu hal yang kau tahu, bahwa aku berjalan bersama suatu kebenaran yang dunia telah menolaknya...sebab yang ku tahu...kebenar itu akan memerdekakan aku.

20 Okt 2008

Demo Besar-Besaran Tak Terbukti

Massa Sempat Berkumpul di Jalan Irian, Namun Dibubarkan(Aparat Berjaga-jaga, Situasi Jayapura Kondusif)
JAYAPURA - Ancaman Panitia Nasional International Parlement for West Papua (IPWP) untuk mengelar aksi demo besar-besaran ke Gedung DPRP dengan mengerahkan 5000 massa untuk menyampaikan aspirasi rakyat Papua Barat menyangkut hasil peluncuran Kaukus IPWP 15-18 Oktober lalu di London, Senin (20/10) kemarin, tidak terbukti. Massa sempat mulai berkumpul dan beberapa orang melakukan orasi di Jalan Irian, pusat Kota Jayapura, namun dengan sigap aparat membubarkan massa sehingga rencana demo ke DPRP kembali gagal.
Sementara itu, dari pantauan koran ini, di depan Expo Waena yang selama ini menjadi titik sentral berkumpulnya massa, terlihat sepi. Kalaupun ada, itupun jumlahnya hanya sekitar belasan orang saja yang hanya sekadar duduk-duduk dipinggir jalan.Begitu juga di depan Kampus Uncen baik yang berada di Waena maupun di Abepura, termasuk di Lingkaran Abepura, juga tak terlihat konsentrasi massa.Justru yang terlihat mencolok adalah jumlah personel TNI/Polri. Kekuatan aparat yang diturunkan di Abepura kemarin, jumlahnya lebih besar dibandingkan pada aksi unjuk rasa Kamis(16/10) pekan kemarin. Selain diseputaran lingkaran, puluhan aparat TNI/Polri juga tampak berjaga-jaga didepan Kampus Uncen Abepura.
Aparat gabungan TNI/Polri yang disiagakan menjaga beberapa pusat pertokoan maupun kantor perbankan. Di Expo misalnya tampak dua truk Marinir standby dengan perlengkapan senjata lengkap, Uncen dalam terlihat 2 truk dari Brimobda Papua Detasemen A, Polresta serta 1 truk marinir.
Kapolsekta Abepura, Dominggus Rumaropen S.Sos yang ditemui usai apel siaga mengatakan bahwa pada situasi Abepura Waena dan sekitarnya secara umum kondusif dan tidak terlihat pergerakan massa.
Kegiatan sweeping juga dilakukan aparat TNI/Polri di Lapangan PTC Entrop. Semua kendaraan roda empat baik pribadi maupun umum, tidak luput dari pemeriksaan petugas.Rencana akan terjadinya demo besar-besaran itu mempengaruhi aktivitas belajar mengajar di sejumlah sekolah. Sejumlah SD dan SMP di wilayah Abepura, terpaksa memulangkan siswa-siswa lebih awal. Namun secara umum, aktivitas masyarakat, pertokoan dan perkantoran, pusat bisnis berjalan normal, baik yang berada di wilayah Waena, Abepura, Kotaraja, Entrop hingga Pusat Kota Jayapura.Di kantor DPRP sendiri sebagai tempat tujuan aksi demo IPWP, dari pantauan Cenderawasih Pos sejak pagi sudah dijaga aparat polisi, pintu masuk ke halaman gedung juga hanya terbuka satu. Sehingga kendaraan yang keluar masuk hanya melewati satu pintu, itupun menjelang siang pintu tersebut ditutup lagi, hanya yang berkepentingan yang dibolehkan masuk.
Begitu juga di Taman Imbi, sejak pagi kemarin aparat polisis yang di beck up aparat TNI sejak pagi telah berjaga - jaga di sekitar taman itu hingga ke emper - emper Ruko yang ada di sekitar Jalan Irian. Tak hanya itu, polisi juga menempatkan satu unit canon water untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi. Kendati terlihat agak tenang, tetapi suasana cukup tegang, semua toko di sekitar jalan itu tertutup, di beberapa tempat terlihat kelompok - kelompok kecil massa, mereka di tengarai hendak melakukan aksi demo di DPRP tetapi tak berani mendekat karena penjagaan aparat TNI/Polri yang begitu ketat.Sekitar pukul 11.20 WIT seseorang yang ditengarai massa pendukung IPWP mencoba masuk ke halaman Gedung DPRP. Ia datang dengan mengenakan busana tradisional hanya dengan koteka dan wajah yang sebagian ditutup kaca mata gelap, dikepalanya bertengger semacam semacam mahkota dari rotan dan bulu burung kasuari (kare-kare) sembari memegang tongkat yang juga dihiasi bulu burung kasuari ia mencoba masuk ke halaman Gedung DPRP. Tetapi belum lagi masuk, aparat polisi dan satpam telah mencegat pria itu dan melarangnya masuk. Oleh aparat polisi, Ia kemudian digelandang ke Mapolresta Jayapura dengan menumpang mobil.Sementara itu, di Taman Imbi dan Jalan Irian khususnya di depan Creata dan Ruko - Ruko yang ada disana dimana terdapat kerumunan massa, aparat polisi dan TNI terus melakukan sweeping gabungan sekaligus menghimbau warga melalui pengeras suara untuk tidak melakukan hal hal yang berbau anarkis dan tetap melakukan kegiatan dengan normal seperti biasanya.
Aparat juga menghimbau agar semua tenang dan tidak terpancing dengan upaya - upaya negatif. Beberapa orang yang membawa alat tajam terpaksa diamankan.Sekitar pukul 13.00 WIT, konsentrasi massa di Taman Imbi mulai mencair sehingga suasana normal kembali. Kapolresta Jayapura AKBP Robert Djoenso kepada Cenderawasih Pos di TKP mengatakan bahwa mereka yang diamankan (ditangkap red) ke Mapolresta itu karena mencoba melawan terhadap aparat. "Kita hanya periksa mereka, karena ditemukan ada yang membawa katapel senjata tajam, itu yang diperiksa, terus tadi mungkin waktu di tegur anggota ada yang melawan makanya diamankan. Di Mapolresta mereka hanya diinterogasi saja," katanya.Ia mengatakan, pihaknya melakukan itu karena tidak ingin ada benturan di lapangan. "Itu yang saya jaga," imbuhnya serius. Sebab kata dia, dalam situasi seperti itu, pihak ketiga yang tidak ingin Papua aman bisa bermain "Itu yang perlu di waspadai, saya tahu tokoh - tokoh PDP dan DAP itu orang yang bermartabat tidak pernah mengerahkan massanya untuk berbuat anarkis tetapi kan ada pihak ketiga yang bermain di belakang, itu yang perlu kita waspadai," tandasnya.Sementara itu, Dandim Letkol Kav A.H Napoleon yang memimpin langsung anggotanya di tempat itu mengatakan bahwa kehadiran TNI di tempat itu untuk membantu aparat kepolisian dalam melakukan sweeping dalam rangka mengeliminir dan mencegah terjadinya ha hal yang tidak diinginkan. " Kita membantu aparat kepolisian dalam sweeping ini dalam rangka mencegah dan membantu menangkap provokator itu, polisi yang menangkap, kita yang mengarahkan dan mendukung sehingga orang - orang yang berpotensi untuk menimbulkan kerusuhan atau anarkis dapat diamankan polisi termasuk Buktar Tabuni dan beberapa Koorlap (koordinator lapangan)," terangnya.Dandim mengatakan kalau hanya melakukan aklsi demo damai sebenarnya dibolehkan tetapi kalau sudah membawa senjata tajam maka tentunya sudha mengarah pada anarkis. "Kalau dia hanya demo damai sudah tidak dapat izin dia bawa - bawa barang seperti itu, itu kan artinya dia menunjukan itikad tidak baik," katanya.Untuk membantu aparat Polisi, pihaknya mengerahkan sekitar 2 peleton dan 2 SST (satuan setingkat peleton) mereka dari satuan BKO (bawa kendali operasi) Kodim 1701 Jayapura, sedangkan yang ditempatkan di Imbi sebanyak 1 SSK selebihnya di sejumlah tempat lain di sekitar kota juga melakukan sweeping gabungan. (mud/ade/tia/bat)
Buchtar Tabuni Cs Sempat Diamankan
JAYAPURA - Polisi terpaksa membubarkan konsentrasi massa di Jalan Irian, Pusat Kota Jayapura. Sekelompok massa itu disinyalir akan melakukan aksi demo ke DPR Papua. Bahkan aparat kepolisian yang dibackup TNI ini langsung mengamankan Ketua Panitia Internasional Parlement for West Papua (IPWP) Dalam Negeri, Buchtar Tabuni bersama dengan 15 orang koordinator lapangan (Korlap) sebelum mereka menggelar orasi di Jl Irian, sekitar pukul 10.00 WIT kemarin. Buchtar Tabuni bersama dengan 16 orang lainnya yang belum diketahui identitasnya ini, selanjutnya digelandang ke Mapolresta Jayapura dan diamankan di depan ruangan Satuan Intelkam Polresta Jayapura.Mereka sempat mempertanyakan langkah yang dilakukan oleh aparat kepolisian ini kepada Wakapolresta Jayapura, Kompol Andreas Paru SH yang memberikan pemahaman secara persuasif, hingga akhirnya Buchtar Tabuni bersama dengan 2 orang temannya dibawa ke Direktorat Reskrim Polda Papua untuk dimintai keterangan sekitar pukul 14.00 Wit. Beberapa pengacara dari ALDP, Latifah Anum Siregar, Kontras Papua, Hari Maturbongs turut mendampingi dalam pemeriksaan tersebut ke Mapolda Papua.Sebelumnya, Buchtar Tabuni mengatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan pemberitahuan pada 17 Oktober, tetapi hanya sebatas surat pemberitahuan terkait demo tersebut ke Polda Papua. " Sebagai pihak keamanan, mau datang amankan atau tidak, tidak persoalan, yang penting kami sudah beritahukan," katanya.Bahkan, dalam pemberitahuanitu, pihaknya menyampaikan juga rencana aspirasi tersebut, titik kumpulnya dimana dan berapa orang, lengkap sesuai dengan ketentuannya.Tapi, sampai di Jalan Irian, mereka malah diamankan oleh aparat kepolisian, kemudian dipaksa masuk ke mobil polisi dan dibawa ke Mapolresta Jayapura. Buchtar Tabuni juga menjelaskan, IPWP Dalam Negeri dalam rencana aksinya di DPRP ini akan menyampaikan aspirasi yang pada intinya mempertanyakan Pepera 1969 lalu. " Karena ada kesalahan dalam Pepera, sehingga akarnya ini harus diselesaikan. Kalau Indonesia baik, ya mari duduk sama-sama," ujarnya.Salah seorang pengacara dari ALDP, Faisal mengatakan bahwa mereka sudah datang di titik kosentrasi dan siap melakukan demo, namun tiba-tiba polisi datang dan tanpa konfirmasi langsung mengamankan mereka. " Ini tindakan anarkis ini, non prosedural dan ini tidak benar serta kami akan menindaklanjuti," kata pengacara yang mendampingi Buchtar Tabuni ini.Sementara itu, suasana dijalan Irian tampak banyak warga yang masih berkerumun, Melalui pengeras suara, tak henti-hentinya, aparat kepolisian, Brimob dan TNI meminta masyarakat yang berkumpul untuk meninggalkan tempat tersebut. "Kami terpaksa melakukan ini, karena demi keamanan masyarakat semua," ujar polisi dalam pengeras suara yang terus menghimbau masyarakat untuk kembali pulang ke rumahnya masing-masing.Di Polda Papua, Buchtar Tabuni selesai dipanggil penyidik kepada wartawan mengatakan surat panggilan pertama pihaknya berjanji akan memenuhi panggilan penyidik Polda Papua, namun dirinya ditangkap dengan paksa. Bahkan, Buchtar mengaku penangkapan paksa itu membuat dirinya trauma. " Saya pulang untuk istirahat dulu, nanti pada 27 Oktober baru menghadap lagi penyidik sesuai panggilan, sebagai saksi dalam kasus makar pada aksi damai di Expo Waena, 16 Oktober lalu," ujarnya.Buchtar mengaku tidak melakukan tindakan makar, karena jika makar ada pengibaran bendera bintang kejora atau deklarasi dan lainnya. Sementara itu, Latifah Anum Siregar, pengacara Buchtar Tabuni dari ALDP mempertanyakan kepada aparat kepolisian terkait pengambilan dengan paksa terhadap Buchtar Tabuni bersama dengan teman-temannya tersebut di Taman Imbi, Jayapura. " Buchtar sudah cerita, padahal surat tadi penanngungjawabnya bukan klien kami, Buchtar Tabuni. Pemanggilan terkait tanggal 16 Oktober lalu, mestinya harus ada panggilan kedua, kenapa tidak sesuai dengan prosedur pemanggilan saksi. Itu yang membuat kami kecewa," ujarnya.Kapolresta Jayapura, AKBP Roberth Djoenso SH mengatakan pihaknya sudah berupaya melakukan berbagai langkah secara persuasif. "Kami sudah lakukan persuasif, tapi kelihatannya mereka tidak menghargai hukum, ada kesan bahwa mereka menyepelekan dan memaksakan terus kehendak dengan mengabaikan hukum yang berlaku di negara ini," katanya.Untuk itu, pihaknya terpaksa mengambil tindakan yang lebih tegas, karena jika dibiarkan nantinya akan menurunkan kewibawaan pemerintahan Republik Indonesia. Roberth Djoenso mengatakan tindakan-tindakan yang menyimpang terhadap hukum, maka akan berhadapan dengan hukum itu sendiri. "Ya, karena kegiatan mereka tidak ada pemberitahuan. Jadi, mau seenaknya mereka sendiri, dan saya tidak mau kegiatan seperti itu yang nanti ujung-ujungnya timbul bentrokan antara masyarakat dan aparat yang nantinya akan menimbulkan korban, baik dari masyarakat maupun aparat, apalagi kami punya tanggungjawab sebagai komandan untuk mengamankan dan menjaga keselamatan anggota dan masyarakat dan saya tidak mau ada benturan dilapangan, tapi jika terpaksa jika ada benturan kami akan hadapi," paparnya.Kapolresta mengungkapkan dalam pengamanan terhadap rencana demo ini, pihaknya menurunkan 10 SSK, termasuk dari TNI. Apalagi, imbuh Kapolresta berdasarkan laporan anggota di lapangan dari kegiatan razia ternyata ditemukan adanya senjata tajam, ketapel dan lainnya. "Ini sudah tidak benar dan saya pikir mereka ada rencana untuk melakukan perlawanan kepada aparat keamanan," tandasnya.Akhirnya, ke-16 orang tersebut, termasuk Ketua Panitia IPWP Dalam Negeri, Buchtar Tabuni, dilepas oleh penyidik Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Jayapura setelah menjalani pemeriksaan terkait demo tersebut. "16 orang telah kami mintai keterangan, karena membuat aksi tanpa pemberitahuan secara resmi kepada aparat kepolisian karena mereka juga tidak bisa membuktikan dengan adanya STTP (Surat Tanda Terima Pemberitahuan) dari Polda Papua," ujar Kapolresta.Hal ini dilakukan, kata Kapolresta, pihaknya tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang penyampaian pendapat dimuka umum, apalagi mereka membuat demo yang dapat menjurus disintegrasi bangsa, terlebih di dalam Undang-Undang tentang Penyampaian Pendapat dimuka umum tersebut, salah satunya yang harus ditaati adalah menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Aksi demo ini juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, salah satunya dari Politisi muda Papua, yang juga Wakil Ketua DPD PDIP Provinsi Papua Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Daerah Hein Ohee. Menurutnya, untuk menyampaikan apirasi apa saja, tidak harus melalui aksi demo, apalagi sampai meresahkan masyarakat. Kondisi ini akan memberi kesan bahwa Papua tidak aman. " Menyampaikan aspirasi tidak harus dengan Demo, bisa disampiakan dalam bentuk penyataan langsung kepada pihak yang dituju," jelasnya kepada Cenderawasih Pos kemarin.Hein Ohee yang nota bene Wakil ketua DPRD Kota ini juga bahkan berani mensinyalir, rencana aksi demo IPWP ini 'diboncengi' kepentingan elit politik untuk memberi kesan bahwa Papua tidak aman dengan tujuan tertentu. " Saya dengar ada akan ada pemeriksaan beberapa pejabat di Papua yang akan dilakukan oleh KPK, kemudian muncul rencana aksi demo ini. Kami mensinyalir ini seperti upaya pengalihan perhatian saja," jelasnya.Hal lainnya, dirinya mengimbau agar masyarakat jangan terpancing dan terprovokasi dengan isu-isu yang tidak jelas. " Masyarakat harus tetap tenang melakukan aktivitas seperti biasa dan jangan mudah terprovokasi dengan informasi yang tidak jelas, yang akhirnya dapat meresahkan dan membuat situasi Papua seolah-olah tidak aman," jelasnya. (bat/luc/tia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar